Senin, 15 Juni 2015

Apa Yang Harus Kita Jawab Nanti

 Bismillah walhamdulillah,
    
      
       Suatu hari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berbaring di pangkuan Khadijah Radhiyallahu 'Anha dan tertidur setelah begitu lelah jumpa manusia dengan menghadapi caci maki dan fitnah manusia, ketika itulah dengan belaian kasih sayang membelai kepala Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Sallam tidak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Nabi. Dan Nabi terbangun berkata ''Wahai Khadijah mengapa engkau menangis,? Adakah engkau menyesal mempersuamikan aku (Muhammad)?" "Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan tetapi hari ini engkau telah dihina orang, "Semua orang telah menjauh darimu seluruh hata kekayaanmu telah habis adakah engkau menyesal wahai Khadijah mempersuamikan aku (Muhammad)??"
        
        Khadijah berkata '''Wahai suamiku , wahai Nabi Allah bukan itu yang aku tangiskan, dahulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku mempunyai kebangsawanan, kebangsawanan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku memiliki harta kekayaan dan telah kuserahkan juga pada Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah sekarang aku tidak mempunyai apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan Agama ini, “Wahai Rasulullah sekiranya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah sungai, lautan dan engkau tidak mempunyai rakit atau jembatan maka engkau galilah lubang kuburku engkau gali engkau ambil tulang belulangku untuk engkau jadikan sebagai jembatan untuk menyebrangi sungai itu untuk bertemu manusia. Ingatkan kepada mereka kebesaran Allah, ingatkan kepada mereka yang hak, ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah."
Allahu Akbar!!!
       
     Seorang suami yang agung seorang istri yang agung, suami istri berpelukan sambil menangis memikirkan Agama ini.
     
     Agama tersebar hingga hari ini, kita kenal Allah bukan dengan mudah, Agama sampai pada kehidupan Agama, Agama sampai ke kampung kita, Agama sampai masuk kedalam rumah-rumah kita, Agama sampai pada ke hati-hati kita. Bukan di bawa oleh burung, bukan dibawah oleh angin, bukan dibawah oleh air sungai yang mengalir tapi dibawah oleh pengorbanan Nabi dan para Sahabat, dibawah oleh para janda-janda para sahabat, dibawah oleh yatim-yatim para sahabat.
 
      Ulama sampaikan,  hari ini kita senang-senang amal Agama diatas penderitaan dan jeritan janda-janda dan yatim-yatim para sahabat. Hari ini kita senang amal-amal Agama diatas penderitaan Khadijah Radhiyallahu 'Anha !!! Kalaulah hari ini kita tidak menghargai pengorbanan mereka APA YANG HARUS KITA JAWAB DIHADAPAN ALLAH TA'ALA kalaulah kita berjumpa ALLAH, APA YANG KITA JAWAB DIHADAPAN RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, APA YANG KITA JAWAB KALO KITA BERJUMPA ABU BAKAR Radhiyallahu 'Anhu yang menghabiskan seluruh harta bendanya untuk Agama ini, APALAH YANG AKAN KITA JAWAB DIHADAPAN ibu-ibu yang mulia kalau ibu berjumpa dengan SAHABIYA-SAHABIYAH yang mengorbankan suami-nya syahid di jalan Allah, APA YANG KITA JAWAB sekiranya kita jumpa ANAK-ANAK YATIM PARA SAHABAT  Radhiyallahu 'Anhum ajma'in sedangkan mereka yang telah menggerakan ayahnya untuk syahid memperjuangkan Agama ini.

Allahu Akbar!!!
        
        Agama sangat berhajat pada pengorbanan, Agama tidak akan tersebar dengan tulisan-tulisan dan Agama tidak akan tersebar dengan bicara-bicara. Agama tidak akan pernah wujud dalam kehidupan kita tanpa mengorbankan diri kita, sudah menjadi syarat Agama akan terwujud melalui pengorbanan, hidayah akan datang dalam diri kita melalui pengorbanan, Agama akan tersebar, hidayah akan tersebar diujung  dunia melalui pengorbanan. 




Selasa, 19 Mei 2015

Apa Yang Telah Kita Korbankan???

Bismillah walhamdulillah,
      
         Kita harus menyadari bahwa kita belum siap untuk membuang kebiasaan merokok. Jelas-jelas sekarang, orang-orang berdebat apakah merokok itu Makruh atau Haram. Saudara/i ku jangan bodohi diri kalian sendiri. Apakah merokok itu berbahaya atau tidak? Jawabannya adalah , Ya Berbahaya. Disetiap bungkus rokok tertulis "Rokok Dapat Membunuh" dan menjual rokok tanpa menuliskan "Rokok Dapat Membunuh" adalah tindakan ilegal. Ketika peraturannya keluar bahwa tidak diizinkan menjual rokok kecuali menulis "Rokok Dapat Membunuh" atau "Rokok Berbahaya" disertai dengan gambar-gambar horornya yang terdapat di bungkusnya. Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Artinya : Mereka menanyakan kepadamu, ‘Apakah yang dihalalkan bagi mereka’ Katakanlah, ‘Dihalalkan bagimu yang baik-baik” [Al-Maidah : 4]

       Semua perusahaan tembakau langsung menandatanganinya dan setuju dan mereka berkata, "Kami akan menuliskan besar-besar". Kenapa? Karena mereka begitu percaya diri dengan produk mereka, bahwa tidak peduli berapa kali kami memberitahu orang-orang "Kau Akan Mati", mereka berkata, "Tidak masalah, aku akan tetap menghisapnya." Mereka begitu percaya diri dengan produk mereka. Mereka memberitahumu saudara/i ku "Kau Akan Sekarat". Kalian tidak menganggap mereka pembohong. Kalian berkata, "Tidak masalah, aku akan menganggapnya sebuah fakta."

          Tapi kita sebagai Muslim, kita melihat mereka menulis "Merokok Membunuh" tapi kita berkata "Tidak Masalah". Mereka begitu percaya diri sampai kita sudah dikuasai mereka. Itulah kenyataannya, mereka menguasai kita. Mereka tidak peduli, meskipun mereka menulis "Merokok 5 Batang Dapat Langsung Membunuhmu." Kalau begitu, "Aku Merokok 4 Setengah Batang."
Semoga Allah menjaga kita semua, aamin.

      Kita tidak dapat membuang sebatang rokok. Berapa banyak diantara kita yang siap membuangnya? Ingatlah saudara/i para Syuhada dan Mujahidin telah rela mati untuk kalian. Itulah mengapa Islam tetap hidup sampai sekarang. Hamzah bin Abdul Muttalib Radhiyallahu 'Anhu terbunuh demi kalian, tapi kalian tidak bisa membuang sebatang rokok saja. Allahu Akbar!!!

          Mus'ab ibn Umair Radhiyallahu 'Anhu terbunuh demi kalian, tapi kalian tidak bisa menutupi rambut kalian saudari-saudariku. Jika mereka tidak berperang. Bagaimana keadaan kita di masa sekarang? Mereka berkata berkata, "Ya Allah, kami siap mengorbankan nyawa kami." Itulah mengapa Islam sampai kepada kita, tapi kau berkata "Aku tidak dapat berhenti berzina." Mereka mengorbankan nyawa mereka, dan tidak ada seorang pun yang meminta kalian mengorbankan nyawa. 

        Allah Ta'ala hanya meminta satu hal "Buang kebiasaan buruk kalian dan mendekatlah Kepada-Ku." Mereka mengorbankan nyawa untuk kalian. Demi Allah, mereka gugur, mereka dibunuh dengan kejam untuk kalian. Dan kau berkata, "Aku tidak dapat berhenti melihat Pornografi", "Aku tidak dapat menutupi diriku untuk Allah" dan kemudian mengatakan "Tidak, Aku bahagia menjadi umat dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam." Ini adalah pertanyaan paling penting yang kau tanyakan pada diri sendiri. Tidak ada yang memintamu mati sekarang.

       Allah Ta'ala memintamu untuk menyembah-Nya, untuk menyembah diri-Nya saja, mempraktekkan Agama-Nya, menyampaikan kepada orang lain, berbaik hati kepada orang lain, jujur dan dapat dipercaya. Ketika kalian menyebut atau mengingat nama salah seorang dari para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, katakan pada diri sendiri "Mereka ini (Radhiyallahu 'Anhuma Jami'an) telah mati syahid karena diriku. Agama telah sampai kepadaku dimasa sekarang. Apa yang kulakukan? Aku bahkan tidak bisa berkorban untuk Allah Ta'ala dan masih malu/enggan menjalankan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. :( :( :(





Minggu, 03 Mei 2015

Kebaikan 2 Kekuatan; Ilmu dan Pengamalan

Bismillah, walhamdulillah


Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al-Ashr:
 
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya    mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata, 
"Jika seluruh manusia memikirkan surat Al-Ashr ini, maka surat tersebut sudah cukup untuk mereka."
Penjelasan surat diatas, bahwa sifat mulia itu ada 4, dan dengan memiliki keempat sifat tersebut seseorang mendapatkan puncak kesempurnaan. Keempat sifat tersebut adalah;

1. Mengetahui kebenaran.
2. Mengamalkannya.
3. Mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya.
4. Bersabar pada saat mempelajarinya, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain. 

     Allah Ta'ala menyebutkan keempat sifat tersebut di dalam surat Al-Ashr. Pada surat tersebut, Allah Ta'ala bersumpah dengan masa, bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal shalih yaitu orang yang mengetahui kebenaran dan membenarkannya. Ini tingkatan pertama.

     Tingkatan kedua, yaitu orang yang beramal shalih yaitu orang yang mengamalkan kebenaran yang mereka ketahui.

     Tingkatan ketiga, yaitu orang yang saling menasihati dalam kebenaran yaitu kelompok yang saling menasihati untuk mempelajari kebenaran tersebut.

    Tingkatan keempat, orang yang saling menasihati dengan kesabaran, yaitu orang yang bersabar terhadap kebenaran dan saling menasihati untuk bersabar dan tegar terhadap kebenaran.

Inilah puncak kesempurnaan. 

    Sesungguhnya kesempurnaan itu hendaklah seseorang mampu mencapai kesempurnaan untuk dirinya dan mampu menyempurnakan orang lain. Kesempurnaan dirinya adalah dengan memperbaiki kedua kekuatan; Kekuatan Ilmu dan Kekuatan Pengamalan.

     Kekuatan ilmu adalah dengan beriman dan kekuatan pengamalan adalah dengan mengerjakan amal shalih, menyempurnakan orang lain, mengajarkannya kepadanya, bersabar terhadapnya dan menasihatinya bersabar terhadap Ilmu dan Pengamalannya.





Rabu, 08 April 2015

Lihatlah kesempatan yang diberikan Allah pada kita.



Bismillah,
 
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S Fathir: 45).

Coba mari tanyakan pada diri masing-masing “Ya Rabb, aku telah melanggar-Mu selama bertahun-tahun tapi Kau belum menghukumku.”

Jawabannya adalah: “Wahai hamba-Ku, aku memberikanmu kesempatan untuk BERTAUBAT!”
“Aku memberikanmu kesempatan untuk bertaubat! Jadi bertaubatlah, kenapa kau tunda-tunda?”

“Bertaubatlah, kenapa kau malah menyia-nyiakan kesempatan ini? Kau telah menentangku selama bertahun-tahun. Dan setiap harinya kau melanggar-Ku mungkin sepuluh kali dan Aku tidak menghukummu, apakah kau tidak bangun juga? BANGUNLAH, Aku tidak ingin menghukummu. Aku ingin kau masuk surga, bertaubatlah pada-Ku.” 

Lihatlah kesempatan yang diberikan Allah pada kita. Apa kalian tidak pernah memikirkannya?
“Ya Allah, aku telah melanggar-Mu setiap harinya selama bertahun-tahun dan Kau tidak menghukumku. Kenapa? Karena Allah berfirman “Aku Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tanyakan diri kita sendiri, kenapa Allah belum menghukum kita atas segala dosa yang kita perbuat, yang melupakan-Nya dan tidak peduli pada-Nya? Kenapa? Karena Allah tidak ingin menghukum kita. 

Allah ingin kita bertaubat pada-Nya dan itulah mengapa Dia memberikan kesempatan kepada kita. 


Minggu, 05 April 2015

Ilmu adalah Pemimpin Amal Perbuatan

Bismillah walhamdulillah,

      Sesungguhnya ilmu adalah pemimpin amal perbuatan dan panglimanya, sedang amal perbuatan ialah pengikutnya dan anak buahnya. Setiap amal perbuatan yang tidak berpedoman kepada ilmu dan tidak mengikuti bimbingan ilmu, tidak berguna bagi pelakunya dan justru membahayakannya seperti dikatakan salah seorang dari generasi salaf, "Barangsiapa menyembah Allah tanpa ilmu, maka apa yang ia rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki."
     Diterima tidaknya amal perbuatan itu sangat tergantung kepada sesuai tidaknya amal perbuatan tersebut dengan ilmu. Jika amal perbuatan sesuai dengan ilmu, ia terima, dan jika bertentangan dengannya, maka tertolak.

Jadi ilmu adalah barometer dan standar utama. Allah Ta'ala berfirman,

"Yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al-Mulk: 2).

     Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Maksud ayat diatas ialah supaya Allah menguji kalian siapa di antara kalian yang paling ikhlas amal perbuatannya dan paling benar. "Orang-orang bertanya, "Wahai Abu Ali, amal perbuatan apa yang paling ikhlas dan paling benar?" Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Jika amal perbuatan itu ikhlas, namun tidak benar, maka tidak diterima. Jika amal perbuatan tersebut benar, namun tidak ikhlas, ia juga tidak diterima hingga ia ikhlas dan benar. Ikhlas, hendaknya karena Allah dan benar hendaknya sesuai dengan Sunnah."

Allah Ta'ala berfirman,

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110).

     Itulah amal perbuatan yang diterima Allah dan Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dengan persyaratan harus sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah.

      Orang tidak mungkin mengerjakan suatu amal perbuatan yang menghimpun kedua syarat tersebut kecuali dengan ilmu. Jika ia tidak mengetahui apa yang dibawa Rasul, tidak mungkin ia bisa berjalan menuju Allah. Jika ia tidak kenal Tuhannya tidak mungkin ia bisa memaksudkan amal perbuatannya karena Allah semata. Tanpa ilmu, amal perbuatannya tidak mungkin diterima Allah. Jadi ilmu adalah penunjuk jalan kepada ikhlas, dan penunjuk jalan kepada mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Allah Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (Al-Maidah: 27).

       Penafsiran paling tepat tentang ayat di atas, ialah sesungguhnya Allah hanya menerima orang yang bertakwa dengan amal perbuatannya. Ketakwaannya di dalam alam perbuatannya ialah hendaknya memaksudkan karena-Nya dan sesuai dengan perintah-Nya. Dan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali dengan ilmu.

       Jika itu posisi dan kedudukan ilmu, dari sini bisa diketahui bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling mulia, paling agung, dan paling utama, wallahu a'lam.

Download:
 

Rabu, 01 April 2015

Hikmah Jarangnya Emas dan Perak

Bismillah walhamdulillah,

       Sekarang perhatikan hikmah Allah SWT ketika menjadikan dua logam mulia ini (emas dan perak) jarang! Lihatlah betapa manusia terbaik di dunia tidak berdaya membuat dan meniru ciptaan Allah SWT itu meski mereka begitu ingin dan telah mengeluarkan segala daya upaya. Manusia hanya berhasil membuat imitasinya.

       Andai mereka dapat membuat seperti ciptaan Allah SWT itu, tentu dunia akan rusak. Pasalnya, emas dan perak berlimpah di tengah manusia sampai nilainya sama dengan pelepah kurma dan tembikar. Kalau sudah begitu, fungsi emas dan perak akan lenyap. Jumlah emas dan perak yang terlalu banyak adalah sebab hilangnya fungsi itu, karena keduanya tidak lagi punya nilai, tidak lagi menjadi ukuran nilai harta kekayaan, harga dalam mu'amalat, dan sebagai gaji tentara. 

       Kalau sudah demikian, tentu tak ada orang yang jadi buruh; sebab semua memiliki emas dan perak. Jadi, kalau Allah SWT menjadikan kaya semua makhluk-Nya, tentu Dia akan memiskinkan mereka semua.

        Maha Suci Allah yang telah menjadikan jarangnya emas dan perak itu sebagai sebab teraturnya alam. Tapi, Allah tidak membuatnya sejarangjy yaqut (jenis permata) merah yang tidak dapat dijangkau sehingga maslahatnya hilang total. Allah menaruh emas dan perak di alam sebanyak kadar yang sesuai dengan hikmah dan maslahat hamba-hamba-Nya.

       Saya pernah membaca tulisan tangan al-Fadhil Jibril bin Ruh al-Ambary, "Seseorang yang menggeluti pekerjaan pertambangan memberitahuku bahwa dia dan teman-temannya pergi jauh mencari tambang sampai ke pegunungan. Mereka tiba di suatu tempat, dan di sana terdapat gundukan perak seperti gunung-gunung. Akan tetapi, di hadapan mereka menghadang sebuah lembah cadas yang dialiri air yang deras. Mereka tidak tahu bagaimana cara menyeberanginya. Akhirnya, mereka mencari dan membuat alat untuk menyeberang. Ketika telah siap, mereka kembali dan mencari-cari jalan ke arah sungai tadi. Tapi, mereka tidak menemukan bekas sama sekali. Mereka pun tidak tahu harus mencari ke mana. Akhirnya, mereka kembali dengan putus asa."

        Ini salah satu bukti bahwa ilmu membuat emas adalah omong kosong. Berdasarkan penelitian, ilmu ini tidak lebih dari sekedar pemolesan warna terhadap logam. Kami telah menerangkan tidak benarnya ilmu ini dari empat puluh segi dalam sebuah buku tersendiri.

        Yang ingin kami jelaskan di sini adalah bahwa hikmah Allah SWT menjadikan kedua logam mulia ini lebih jarang dibanding besi, perunggu, timah, dan sebagainya adalah demi maslahat manusia. Bayangkan saja, kalau ada barang buatan manusia yang unik dan disenangi orang, tentu harganya tinggi selama jumlahnya sedikit. Apabila telah tersebar dalam jumlah banyak, dan kalangan khusus maupun awam dapat mendapatkannya, tentu harganya jatuh—mereka tak akan begitu menginginkannya lagi. Dari sini timbul pepatah Arab, "Nilai sesuatu tinggi kalau jumlahnya sedikit."





Senin, 23 Maret 2015

Ilmu adalah Jalan yang paling Dekat kepada Dzat Terbesar

Bismillah walhamdulillah,



       Sesungguhnya kenikmatan bersama kekasih itu menguat dan melemah sesuai dengan kuat tidaknya cinta. Jika cinta semakin menguat, kelezatan pun semakin membesar. Oleh karena itu, besarnya kelezatan orang kehausan dengan meminum air segar sangat ditentukan oleh besar tidaknya kebutuhannya kepada air. Begitu juga orang yang sedang kelaparan. Begitu juga orang yang mencintai sesuatu, kelezatannya sangat ditentukan oleh bobot cintanya kepadanya. Cinta itu adalah ekses pengetahuan terhadap kekasih dan pengetahuan tentang pesonanya yang terlihat dan yang tidak terlihat. Kelezatan melihat Allah pada hari pertemuan dengan-Nya juga ditentukan kuat tidaknya cinta pada-Nya dan keinginan kepada-Nya. Dan itu semua tergantung kepada pengetahuan terhadap-Nya, dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Jadi ilmu adalah jalan yang paling dekat kepada Dzat Yang Paling Agung.
 
Semoga bisa menjadi bahan renungan dan membawa manfaat, Amiin...


Selasa, 17 Maret 2015

Ibadah dengan Ilmu

Bismillah walhamdulillah,
Sa'id bin Al-Musayyib berkata, "Beribadah kepada Allah tidaklah dengan puasa dan shalat, namun dengan mendalami agama-Nya."
Dua hal yang dikehendaki ungkapan diatas;
Pertama, bahwa ibadah itu bukan dengan puasa dan sholat tanpa ilmu, namun dengan ilmu yang dengannya diketahui bagaimana berpuasa dan shalat dengan benar.
Kedua, bahwa ibadah itu tidak hanya puasa dan shalat saja, namun mendalami agama Allah merupakan ibadah yang paling agung.
"Allaahumma inniy as'aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thoyyiban wa 'amalan mutaqabbalaa"
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yg bermanfaat, rezki yang baik/halal dan amalan yang diterima". Allahumma amin...
Wallahu Ta'ala a'lam,

Jumat, 13 Maret 2015

Ikhlas Adalah Buah Tauhid Yang Murni

Bismillah walhamdulillah,


   Ikhlas dengan pengertian seperti ini merupakan salah satu dari buah-buah tauhid yang sempurna kepada Allah, yaitu menunggalkan ibadah dan isti'anah (memohon pertolongan) kepada Allah, seperti yang terungkap di dalam firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Fatihah dan Ummul-Qur'an,

"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5).

    Itu pula yang diucapkan orang Muslim dalam munajat shalatnya, yang setiap hari tidak kurang dari tujuh belas kali. Dengan ikhlas ini orang Mukmin benar-benar menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan hamba dunia dan dunia orang selainnya.

   Dengan ikhlas yang murni ini, dia bisa membebaskan diri dari segala bentuk perbudakan, melepaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah Ta'ala, seperti penyembahan kepada dollar, rupiah, wanita, gelas minuman keras, perhiasan, penampilan, kedudukan, tahta, birahi, tradisi dan segala bentuk penyembaha kepada dunia, yang tidak sedikit manusia dibuat tunduk olehnya.Dengan begitu dia menjadi seperti yang diperintahkan Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 162-163).



Wallahu Ta'ala a'lam,



Selasa, 10 Maret 2015

Dua Cara dalam Memandang Bukti Kekuasaan Tuhan

Bismillah walhamdulillah,



Memandang dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah ada dua cara:

     Pertama, melihat dengan mata kepala; misalnya melihat birunya langit, bintang-bintangnya, tinggi dan luasnya. Ini adalah perhatian yang sama antara manusia dan hewan. Dan, bukan ini yang diperintahkan.

     Kedua, melihat dengan mata hati (bashirah). Sehingga, pintu-pintu langit terbuka dan ia berkelana di penjuru kerajaan langit di antara para malaikat. Pintu demi pintu terbuka hingga sampailah perjalanan hatinya ke 'Arsy. Ia menyaksikan keluasannya, keagungannya, kebesarannya, dan ketinggiannya. Dia melihat ketujuh langit dan ketujuh lapis bumi itu jika dibanding Arasy seperti satu butir tasbih yang terbuang di padang maha luas.

     Orang seperti ini bisa melihat para malaikat melingkar di sekeliling Arsy. Suara mereka ramai dengan tasbih, tahmid, dan takbir. Perintah-perintah turun dari atas guna mengatur para tentara yang jumlahnya hanya bisa diketahui tuhan. Maka, kadang turun perintah untuk menghidupkan suatu kaum dan mematikan kaum yang lain, memuliakan suatu kaum dan menghinakan yang lain, membahagiakan suatu kaum dan menyengsarakan yang lain, mendirikan suatu kekuasaan dan menumbangkan yang lain, dan memindahkan nikmat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Juga memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam seperti mengayakan orang miskin, menyembuhkan orang sakit, menghilangkan kesusahan, mengampuni dosa, menolong orang teraniaya, memberi hidayah, mengajari orang tak berilmu, mengembalikan orang hilang, mengamankan orang takut, melindungi orang yang butuh perlindungan, membantu orang lemah, membalas orang zalim atau juga mencegah perbuatan aniaya.

     Semua itu berkisar antara keadilan dan karunia atau hikmah dan rahmah yang berlaku pada seluruh isi alam. Mendengar satu permohonan dan laporan tidak akan mengganggu-Nya untuk mendengar yang lain. Banyaknya permintaan dan kebutuhan yang berbarengan waktunya tidak mungkin bisa membingungkan. Dia tidak marah dan bosan kalau orang terus menerus memohon. Khazanah-Nya tidak berkurang sedikit pun. Tiada Tuhan Selain Dia, Tuhan Yang Maha Mulia dan Bijaksana.

     Pada saat itu, hati berdiri di hadapan Tuhan, tunduk kepada wibawa-Nya, khusyu terhadap keagungan-Nya, tertawan oleh kemuliaan-Nya. Maka, dia sujud di hadapan Sang Maha Raja yang Haq. Dia tidak lagi pernah mengangkat kepalanya sampai hari pembalasan.

Begitulah perjalanan hati. Amat jauh ia berkelana meski tetap berada di tempat asalnya (dunia) dan tidak beranjak dari sana. Ini adalah salah satu ayat dan keajaiban-llmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul MuhibbinNya yang paling besar. Alangkah banyak berkahnya, sangat menggembirakan, dan manis buahnya. Alangkah agung manfaatnya dan baik akibatnya. Inilah perjalanan hati. Perjalanan yang menjadi syarat hidupnya ruh, kunci kebahagiaan, ghanimah akal pikiran. Tidak seperti sebuah perjalanan yang merupakan satu episode azab.


wallahu ta'ala a'lam,

Yang Pandai Menasehati Banyak, Yang Mengamalkan?

Bismillah walhamdulillah,


Sungguh banyak diantara kita yang ‘hobi’ menasehati di facebook, sungguh ini merupakan kebaikan. Tapi janganlah lupa agar kita juga semangat untuk mengamalkan nasehat-nasehat kita sendiri. Renungkanlah perkataan Abul Aswad Ad-Dualy:

يَا أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُعَلِّمُ غيره *** هَلاَّ لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا التَّعْلِيْمِ
Wahai orang yg mengajari orang lain…
Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)
أَتَرَاكَ تُلَقِّحُ بِالرَّشَادِ عُقُوْلَنَا *** صِفَةً وَأَنْتَ مِنَ الرَّشَادِ عَدِيْمُ
Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”..
Tapi ternyata, engkau kosong dari sifat mulia itu
لاَ تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ *** عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمُ
Janganlah engkau melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya…
Sungguh sangat tercela, jika kau seperti
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَنْ غَيِّهَا *** فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ حَكِيْمُ
Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah dosanya…
Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya
فَهُنَاكَ يَنْفَعُ إِنْ وَعَظْتَ وَيُقْتَدَى *** بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ
Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan berguna
Begitu pula ucapanmu, akan menjadi panutan

Yaa Allah ampunilah kami yang sering menasehati akan tetapi lalai dari nasehatnya sendiri, tunjukanlah kami jalan yang lurus, tutuplah aib-aib kami di dunia, terlebih-lebih lagi di akhirat, aamiiin yaa robbal ‘aalamiin.


Semoga bermanfaat 


 
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA. 

Senin, 09 Maret 2015

Mengetahui Agama termasuk Tanda-tanda Kebaikan...

Bismillah walhamdulillah,

      Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Muawiyah Radhiyallahu Anhu yang berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah membuatnya memahami agama." (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).

    Ini menunjukkan, bahwa barangsiapa tidak dikondisikan Allah Ta'ala mengerti agama, maka Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah Ta'ala maka Dia membuatnya memahami agama, dan barangsiapa telah dikondisikan Allah memahami agamanya berarti Allah menghendaki kebaikan padanya, jika yang dimaksud dengan pemahaman disini yaitu ilmu yang menghasilkan amal perbuatan. Tapi, jika yang dimaksud dengan pemahaman adalah ilmu semata, itu tidak menunjukkan bahwa orang yang telah memahami agama berarti telah dikehendaki baik oleh Allah, karena pemahaman menuntut munculnya keinginan untuk berbuat baik.


Wallahu a'lam.

Senin, 02 Maret 2015

Ilmu Dan Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan

Bismillah walhamdulillah,

    Hikmah dan rahmat Allah SWT menghendaki untuk mengeluarkan Adam a.s. dan keturunannya dari surga. Setelah itu Allah SWT memberi mereka sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia yaitu janji-Nya, yang menjadi sebab dan jalan terang yang mengantarkan mereka kepada Tuhan. Maka, orang yang berpegang teguh kepada janji tersebut pasti ia akan beruntung. Sedangkan, orang yang berpaling darinya pasti menderita dan mengalami kesusahan.

   Perjanjian, jalan lurus, dan berita agung ini tidak dapat direalisasikan kecuali dengan ilmu dan kemauan. Maka, kemauan di sini merupakan pintu dan ilmu merupakan anak kuncinya. Kesempurnaan setiap orang tergantung kepada dua hal tersebut, yaitu kemauan yang mengangkat derajatnya dan ilmu yang menerangi jalannya. Derajat kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba berbeda-berbeda berdasarkan kedua hal tersebut atau salah satunya.

   Bisa jadi seseorang tidak mempunyai pengetahuan tentang kebahagiaan sehingga dia tidak mencarinya, atau mengetahuinya tetapi tidak memiliki keinginan untuk mendapatkannya. Sehingga dia tetap terpenjara dalam kehinaan dan hatinya tidak dapat mencapai kesempurnaan yang diciptakan untuknya. Sungguh dirinya ibarat binatang gembala yang lebih suka dengan kesenangan yang semu dan bermalas-malasan.

   Alangkah jauh dirinya dengan mereka yang menyingsingkan lengan baju mencari ilmu dengan penuh dan semangat, konsisten, dan teguh. Sehingga mereka pun diberkati dalam usahanya tersebut. Kerinduan mereka hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak sudi menerima teman kecuali para ibnu sabil yang sama-sama berjuang bersamanya.

   Jika kemuliaan kemauan tergantung pada kemuliaan sesuatu yang dicari, dan kemuliaan ilmu tergantung pada kemuliaan sesuatu yang diketahui dengan ilmu itu, maka puncak kebahagiaan seorang hamba adalah ketika keinginannya menuju pada sesuatu yang tidak binasa, tidak sirna, dan abadi; yaitu Tuhan Yang Maha Hidup. Tidak ada jalan baginya untuk mencapai tujuan yang sangat agung ini kecuali dengan ilmu yang diperoleh dari hamba, Rasul dan kekasih-Nya, yang menyeru dan menunjukkan serta menjadi perantara antara Dia dan manusia.

   Beliaulah yang dengan izin Allah SWT mengajak manusia menuju ke surga, tempat keselamatan. Allah SWT enggan membukakannya kepada siapa pun kecuali melalui dirinya atau tidak menerima satu amalan pun kecuali sesuai dengan tuntunan dan petunjuknya. Maka, semua jalan tertutup kecuali jalan Nabi Muhammad saw.

   Semua hati terpenjara dan tertahan kecuali hati mereka yang mengikuti beliau dan tunduk kepada Allah SWT.





    Maka, selayaknya bagi seseorang yang penuh keridhaan untuk berjuang dengan disertai hati yang selalu mengingat Allah SWT untuk menjadikan kedua hal ini -ilmu dan kemauan— sebagai garis edar perkataan dan perbuatannya. Juga hendaknya ia menjadikan keduanya sebagai sasaran dalam segala aktivitas kehidupannya. 


Wallahu a'lam,



Jumat, 27 Februari 2015

Termasuk Sabar Apakah Kita...???

Bismillah walhamdulillah,

Allah berfirman tentang kesabaran kaum kafir Quraisy

إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا (٤٢)

    Sesungguhnya hampirlah ia  (yaitu Nabi Muhammad) menyesatkan kita dari sembahan- sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya" dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalanNya. (QS Al-Furqoon : 42)

Ibnu Katsiir berkata :

يَعْنُوْنَ: أَنَّهُ كَادَ يَثْنِيْهِمْ عَنْ عِبَادَةِ أَصْناَمِهِمْ، لَوْلاَ أَنْ صَبَرُوا وَتَجَلَّدُوا وَاسْتَمَرُّوا عَلَى عِبَادَتِهَا

   "Maksud mereka yaitu hampir-hampir saja Muhammad (shallallahu 'alaihi wa sallam) memalingkan mereka dari penyembahan berhala-berhala mereka, akan tetapi kalau bukan karena kesabaran mereka, keteguhan mereka, dan kesinambungan mereka dalam menyembah berhala-berhala mereka" (Tafsiir Ibnu Katsiir 6/113)

   Ayat ini menunjukkan bahwa mereka kaum musyrikin membanggakan kesabaran mereka dalam kesyirikan, karena kesabaran merekalah yang menyelamatkan mereka dari dakwah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Hampir-hampir mereka terpengaruh dengan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi kesabaran merekalah yang telah menyelamatkan mereka. Merekapun membanggakan kesabaran mereka ini !! (Lihat At-Tahriir wa At-Tanwiir 19/33)

   Sungguh pernah ada suatu masa di tanah air kita jika ada seorang di kampung yang sering berjalan dengan bukan muhrimnya maka ia akan menjadi bahan cercaan warga sekampung…, akan tetapi orang tersebut bersabar tetap bersama pasangannya tersebut… dan ia terus bersabar serta tidak memperdulikan cercaan dan makian warga kampung. Ternyata pasangan tersebut telah berhasil dalam kesabarannya…bahkan mulai banyak orang yang mengikuti jejaknya…, bahkan jadilah perzinahan adalah hal yang biasa dan merupakan mode dan trend…, bahkan kondisi menjadi berbalik, justru pasangan yang sah yang menutup aurotnya apalagi bercadar dan bercelana gantung dan jenggotan… justru menjadi bahan cercaan dan celaan, bahkan dituduh dengan tuduhan yang tidak-tidak.

   Demikianlah…para pelaku maksiat dan kesyirikan sabar dalam memperjuangkan kemaksiatan dan keysirikan mereka…lantas apakah para pejuang tauhid…pejuang sunnah…penyeru kepada kebajikan tidak bersabar???

   Bukankah kesabaran para pelaku kemaksiatan dan kesyirikan mengantarkan mereka kepada neraka jahannam…kepada adzab yang pedih…?? Dan bukankah kesabaran para pejuang tauhid dan sunnah mengantarkan mereka kepada surga Allah??, kepada kenikmatan abadi??

Wallahu a'lam...

Selasa, 24 Februari 2015

Mengetahui Bahwa Ada Keburukan Dalam Peristiwa Yang Tampaknya Baik Dan Ada Kebaikan Dalam Peristiwa Yang Tampaknya Buruk

Bismillah walhamdulillah,

      Kita diyakinkan bahwa Allah Yang Mahabijaksana menciptakan setiap peristiwa dalam rangka menyempurnakan sebuah rencana. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa hanya Allahlah yang mengetahui peristiwa-peristiwa yang baik dan yang buruk. Ini disebabkan kebijaksanaan Allah tidaklah terbatas, sedangkan pengetahuan manusia terbatas. Manusia hanya bisa melihat tampilan luar suatu peristiwa dan hanya mampu bersandar pada penglihatan yang terbatas dalam menilainya. Informasi dan pemahaman mereka yang tidak mencukupi-dalam beberapa kasus-dapat membuat mereka tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik untuknya, dan mereka bisa saja mencintai sesuatu, padahal itu merupakan sebuah keburukan. Untuk dapat melihat kebaikan itu, seorang mukmin harus menyerahkan rasa percayanya kepada kebijaksanaan Allah yang tak terbatas dan percaya bahwa ada kebaikan dalam segala hal yang terjadi. Allah berfirman,

      "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)
    
    Di sinilah, Allah mengatakan kepada kita bahwa suatu peristiwa yang dianggap baik oleh seseorang dapat mengakibatkan kekecewaan, baik di dunia ini maupun di akhirat. Begitu juga sesuatu yang ingin benar-benar dihindarkan karena diyakini merugikan-mungkin dapat menyebabkan kebahagiaan dan kedamaian baginya. Nilai hakiki peristiwa apa pun adalah pengetahuan mutlak Allah. Segala hal, apakah rupa yang buruk ataukah rupawan, ada sesuai kehendak Allah. Kita hanya menjalani apa yang Allah inginkan untuk kita. Allah mengingatkan kita tentang hal ini,

   "Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yunus: 107)

     Maka dari itu, apa pun yang kita alami dalam kehidupan ini, apakah itu terlihat baik ataupun buruk, semuanya adalah baik karena hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kita. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, zat yang menetapkan akibat suatu peristiwa bukanlah seorang manusia yang terbatas oleh ruang dan waktu, melainkan Allah, Zat yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Yang menciptakan manusia, juga ruang dan waktu. 

Wallahu a'lam,

Rabu, 18 Februari 2015

Aku Berada Di Dunia Cobaan Mengusir Bencana Dengan Bencana Lainnya

Bismillah Walhamdulillah,


        Ungkapan ini amat tepat. Jika Anda perhatikan makan, minum, pakaian, senggama, istirahat, dan hal-hal lain yang lezat, Anda dapati ia menolak sakit yang menjadi lawannya. Bukankah dengan makan Anda menolak rasa sakitnya lapar, dengan minum menolak sakitnya dahaga, dengan pakaian menolak sakitnya panas dan dingin? Demikian seterusnya. Karena itu ada yang berkata, "Lezatnya semua itu bagi kita tidak lebih dari menolak sakit." Adapun kelezatan-kelezatan hakiki punya tempat yang lain, bukan di sini.

Jadi adanya sengsara dan bahagia yang bercampur baur itu merupakan salah satu bukti adanya akhirat, dan bahwa hikmah yang menuntut adanya sengsara dan bahagia itu pulalah yang menuntut adanya dua daar (tempat); yaitu (1) daar yang murni berisi kebahagiaan dan kelezatan, tidak tercampuri oleh kesengsaraan, dan (2) daar yang murni untuk kesengsaraan, tidak tercampuri dengan kelezatan sama sekali. Daar yang pertama adalah surga, sedang yang kedua adalah neraka. Tidakkah Anda lihat bagaimana perkembangan hidupmu yang berisi dengan kenikmatan dan kesengsaraan itu mengandung bukti akan surga dan neraka? Anda melihat pada dirimu sendiri bukti-bukti keberadaannya sampai seakan-akan kamu menyaksikannya dengan mata kepala. Dan, lihatlah bagaimana semua eksistensi alam yang kamu lihat dan kamu rasa menjadi bukti hikmahnya Tuhan dan menjadi saksi kebenaran para rasul atas berita yang mereka bawa berkenaan tentang surga dan neraka.
"Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan slang. Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu Menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S Ibrahim: 32-34) 
         Orang yang pikirannya berkelana dalam merenungkan karunia-karunia Allah SWT dan memikirkan hikmah serta sifat-sifat-Nya akan lebih jauh jangkauannya, dan lebih banyak perolehannya daripada mereka yang diam di tempat, tidak beranjak dari daerah kesenangannya dan tabiatnya, yang cukup rela dengan kehidupan manusia-manusia biasa, dan tidak mau seperti mereka. Padahal, barang-barang berharga hanya dapat diraih oleh orang yang mau menempuh beratnya perjalanan yang jauh ke penjuru dunia, sehingga akhirnya dia senang mendapatkan hasil jerih payahnya. Orang-orang seperti ini menganggap ringan apa yang dipandang berat oleh para pemalas, dan cukup enjoy menghadapi apa yang dipandang susah oleh orang-orang bodoh.


Footnote:
[Sumber Referensi : Kitab Kunci Kebahagiaan Bab IV “Belajar Dari Diri Sendiri”, Karya Ibnu Qoyyim al Jauziyah rahimahullah]

Lain Dulu Lain Sekarang


Bismillah walhamdulillah, 


Tak ada seorangpun yang percaya bahwa dia sudah bertobat. Tak ada yang peduli bahwa "dia yang sekarang" sudah berbeda dengan "dia yang dulu". Apapun kebaikan yang dia lakukan tetap saja dipandang hina. Apapun kebajikan yang dia usahakan tak ada yang akan melihatnya sebagai sebuah kebajikan. Masa lalunya sebagai "lelaki bukan baik-baik" sudah terlanjur menjadi pakaian yang sekarang sangat sulit dilepaskan meski sebenarnya si pemilik tubuh sudah ingin melepaskan pakaian itu. Dia takut jadi orang yang kalah dalam menerima ujian Allah.
 

Dia seperti pinsil yang tegak dan lurus. Tapi karena berada di dalam sebuah gelas yang berisi air, maka bayangannya akan selalu terlihat bengkok. Sekeras apapun usaha yang dia lakukan tak ada yang bisa melihatnya lurus. Kecuali jika pinsil itu dipindahkan ke sebuah media yang lain. Media kering yang memperlihatkan keseluruhan tubuh pinsil itu. Mungkin di atas buku tulis. Atau di atas meja. Atau bahkan di atas lantai. Lihat pinsil itu dan lihatlah, apapun posisi yang diberlakukan semua akan setuju bahwa pinsil itu lurus. Tegak, terbalik, tidur, loncat-loncat, diam atau bergerak. Pinsil itu lurus, tidak bengkok.


Alhamdulillah, akhirnya dia pindah ke lingkungan yang jauh berbeda dengan lingkungannya yang lama. Tidak ada yang tahu bagaimana masa lalunya dahulu dan kalaupun tahu tidak ada yang peduli karena yang mereka lihat adalah masa kini. Dia sendiri bisa menikmati kemesraan mencintai Allah dengan lebih bahagia.


Hidayah Allah sungguh bisa datang pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tapi rasanya, jika hidayah itu sudah datang, maka usaha untuk mempertahankannya adalah usaha yang tidak kenal batas lelah dan hanya berakhir ketika kematian tiba. Jadi, jika hidayah Allah datang dan diberikan, genggamlah dia selalu meski rasanya seperti menggenggam bara, jangan pernah dilepaskan. Perjalanan masih sangat panjang dan akhiratlah tujuan akhir yang ingin kita tuju bersama.


Wallahu a’lam