Senin, 23 Maret 2015

Ilmu adalah Jalan yang paling Dekat kepada Dzat Terbesar

Bismillah walhamdulillah,



       Sesungguhnya kenikmatan bersama kekasih itu menguat dan melemah sesuai dengan kuat tidaknya cinta. Jika cinta semakin menguat, kelezatan pun semakin membesar. Oleh karena itu, besarnya kelezatan orang kehausan dengan meminum air segar sangat ditentukan oleh besar tidaknya kebutuhannya kepada air. Begitu juga orang yang sedang kelaparan. Begitu juga orang yang mencintai sesuatu, kelezatannya sangat ditentukan oleh bobot cintanya kepadanya. Cinta itu adalah ekses pengetahuan terhadap kekasih dan pengetahuan tentang pesonanya yang terlihat dan yang tidak terlihat. Kelezatan melihat Allah pada hari pertemuan dengan-Nya juga ditentukan kuat tidaknya cinta pada-Nya dan keinginan kepada-Nya. Dan itu semua tergantung kepada pengetahuan terhadap-Nya, dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Jadi ilmu adalah jalan yang paling dekat kepada Dzat Yang Paling Agung.
 
Semoga bisa menjadi bahan renungan dan membawa manfaat, Amiin...


Selasa, 17 Maret 2015

Ibadah dengan Ilmu

Bismillah walhamdulillah,
Sa'id bin Al-Musayyib berkata, "Beribadah kepada Allah tidaklah dengan puasa dan shalat, namun dengan mendalami agama-Nya."
Dua hal yang dikehendaki ungkapan diatas;
Pertama, bahwa ibadah itu bukan dengan puasa dan sholat tanpa ilmu, namun dengan ilmu yang dengannya diketahui bagaimana berpuasa dan shalat dengan benar.
Kedua, bahwa ibadah itu tidak hanya puasa dan shalat saja, namun mendalami agama Allah merupakan ibadah yang paling agung.
"Allaahumma inniy as'aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thoyyiban wa 'amalan mutaqabbalaa"
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yg bermanfaat, rezki yang baik/halal dan amalan yang diterima". Allahumma amin...
Wallahu Ta'ala a'lam,

Jumat, 13 Maret 2015

Ikhlas Adalah Buah Tauhid Yang Murni

Bismillah walhamdulillah,


   Ikhlas dengan pengertian seperti ini merupakan salah satu dari buah-buah tauhid yang sempurna kepada Allah, yaitu menunggalkan ibadah dan isti'anah (memohon pertolongan) kepada Allah, seperti yang terungkap di dalam firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Fatihah dan Ummul-Qur'an,

"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5).

    Itu pula yang diucapkan orang Muslim dalam munajat shalatnya, yang setiap hari tidak kurang dari tujuh belas kali. Dengan ikhlas ini orang Mukmin benar-benar menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan hamba dunia dan dunia orang selainnya.

   Dengan ikhlas yang murni ini, dia bisa membebaskan diri dari segala bentuk perbudakan, melepaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah Ta'ala, seperti penyembahan kepada dollar, rupiah, wanita, gelas minuman keras, perhiasan, penampilan, kedudukan, tahta, birahi, tradisi dan segala bentuk penyembaha kepada dunia, yang tidak sedikit manusia dibuat tunduk olehnya.Dengan begitu dia menjadi seperti yang diperintahkan Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 162-163).



Wallahu Ta'ala a'lam,



Selasa, 10 Maret 2015

Dua Cara dalam Memandang Bukti Kekuasaan Tuhan

Bismillah walhamdulillah,



Memandang dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah ada dua cara:

     Pertama, melihat dengan mata kepala; misalnya melihat birunya langit, bintang-bintangnya, tinggi dan luasnya. Ini adalah perhatian yang sama antara manusia dan hewan. Dan, bukan ini yang diperintahkan.

     Kedua, melihat dengan mata hati (bashirah). Sehingga, pintu-pintu langit terbuka dan ia berkelana di penjuru kerajaan langit di antara para malaikat. Pintu demi pintu terbuka hingga sampailah perjalanan hatinya ke 'Arsy. Ia menyaksikan keluasannya, keagungannya, kebesarannya, dan ketinggiannya. Dia melihat ketujuh langit dan ketujuh lapis bumi itu jika dibanding Arasy seperti satu butir tasbih yang terbuang di padang maha luas.

     Orang seperti ini bisa melihat para malaikat melingkar di sekeliling Arsy. Suara mereka ramai dengan tasbih, tahmid, dan takbir. Perintah-perintah turun dari atas guna mengatur para tentara yang jumlahnya hanya bisa diketahui tuhan. Maka, kadang turun perintah untuk menghidupkan suatu kaum dan mematikan kaum yang lain, memuliakan suatu kaum dan menghinakan yang lain, membahagiakan suatu kaum dan menyengsarakan yang lain, mendirikan suatu kekuasaan dan menumbangkan yang lain, dan memindahkan nikmat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Juga memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam seperti mengayakan orang miskin, menyembuhkan orang sakit, menghilangkan kesusahan, mengampuni dosa, menolong orang teraniaya, memberi hidayah, mengajari orang tak berilmu, mengembalikan orang hilang, mengamankan orang takut, melindungi orang yang butuh perlindungan, membantu orang lemah, membalas orang zalim atau juga mencegah perbuatan aniaya.

     Semua itu berkisar antara keadilan dan karunia atau hikmah dan rahmah yang berlaku pada seluruh isi alam. Mendengar satu permohonan dan laporan tidak akan mengganggu-Nya untuk mendengar yang lain. Banyaknya permintaan dan kebutuhan yang berbarengan waktunya tidak mungkin bisa membingungkan. Dia tidak marah dan bosan kalau orang terus menerus memohon. Khazanah-Nya tidak berkurang sedikit pun. Tiada Tuhan Selain Dia, Tuhan Yang Maha Mulia dan Bijaksana.

     Pada saat itu, hati berdiri di hadapan Tuhan, tunduk kepada wibawa-Nya, khusyu terhadap keagungan-Nya, tertawan oleh kemuliaan-Nya. Maka, dia sujud di hadapan Sang Maha Raja yang Haq. Dia tidak lagi pernah mengangkat kepalanya sampai hari pembalasan.

Begitulah perjalanan hati. Amat jauh ia berkelana meski tetap berada di tempat asalnya (dunia) dan tidak beranjak dari sana. Ini adalah salah satu ayat dan keajaiban-llmu & Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul MuhibbinNya yang paling besar. Alangkah banyak berkahnya, sangat menggembirakan, dan manis buahnya. Alangkah agung manfaatnya dan baik akibatnya. Inilah perjalanan hati. Perjalanan yang menjadi syarat hidupnya ruh, kunci kebahagiaan, ghanimah akal pikiran. Tidak seperti sebuah perjalanan yang merupakan satu episode azab.


wallahu ta'ala a'lam,

Yang Pandai Menasehati Banyak, Yang Mengamalkan?

Bismillah walhamdulillah,


Sungguh banyak diantara kita yang ‘hobi’ menasehati di facebook, sungguh ini merupakan kebaikan. Tapi janganlah lupa agar kita juga semangat untuk mengamalkan nasehat-nasehat kita sendiri. Renungkanlah perkataan Abul Aswad Ad-Dualy:

يَا أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُعَلِّمُ غيره *** هَلاَّ لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا التَّعْلِيْمِ
Wahai orang yg mengajari orang lain…
Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)
أَتَرَاكَ تُلَقِّحُ بِالرَّشَادِ عُقُوْلَنَا *** صِفَةً وَأَنْتَ مِنَ الرَّشَادِ عَدِيْمُ
Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”..
Tapi ternyata, engkau kosong dari sifat mulia itu
لاَ تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ *** عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمُ
Janganlah engkau melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya…
Sungguh sangat tercela, jika kau seperti
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَنْ غَيِّهَا *** فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ حَكِيْمُ
Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah dosanya…
Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya
فَهُنَاكَ يَنْفَعُ إِنْ وَعَظْتَ وَيُقْتَدَى *** بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ
Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan berguna
Begitu pula ucapanmu, akan menjadi panutan

Yaa Allah ampunilah kami yang sering menasehati akan tetapi lalai dari nasehatnya sendiri, tunjukanlah kami jalan yang lurus, tutuplah aib-aib kami di dunia, terlebih-lebih lagi di akhirat, aamiiin yaa robbal ‘aalamiin.


Semoga bermanfaat 


 
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA. 

Senin, 09 Maret 2015

Mengetahui Agama termasuk Tanda-tanda Kebaikan...

Bismillah walhamdulillah,

      Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Muawiyah Radhiyallahu Anhu yang berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah membuatnya memahami agama." (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).

    Ini menunjukkan, bahwa barangsiapa tidak dikondisikan Allah Ta'ala mengerti agama, maka Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah Ta'ala maka Dia membuatnya memahami agama, dan barangsiapa telah dikondisikan Allah memahami agamanya berarti Allah menghendaki kebaikan padanya, jika yang dimaksud dengan pemahaman disini yaitu ilmu yang menghasilkan amal perbuatan. Tapi, jika yang dimaksud dengan pemahaman adalah ilmu semata, itu tidak menunjukkan bahwa orang yang telah memahami agama berarti telah dikehendaki baik oleh Allah, karena pemahaman menuntut munculnya keinginan untuk berbuat baik.


Wallahu a'lam.

Senin, 02 Maret 2015

Ilmu Dan Kemauan Serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan

Bismillah walhamdulillah,

    Hikmah dan rahmat Allah SWT menghendaki untuk mengeluarkan Adam a.s. dan keturunannya dari surga. Setelah itu Allah SWT memberi mereka sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia yaitu janji-Nya, yang menjadi sebab dan jalan terang yang mengantarkan mereka kepada Tuhan. Maka, orang yang berpegang teguh kepada janji tersebut pasti ia akan beruntung. Sedangkan, orang yang berpaling darinya pasti menderita dan mengalami kesusahan.

   Perjanjian, jalan lurus, dan berita agung ini tidak dapat direalisasikan kecuali dengan ilmu dan kemauan. Maka, kemauan di sini merupakan pintu dan ilmu merupakan anak kuncinya. Kesempurnaan setiap orang tergantung kepada dua hal tersebut, yaitu kemauan yang mengangkat derajatnya dan ilmu yang menerangi jalannya. Derajat kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba berbeda-berbeda berdasarkan kedua hal tersebut atau salah satunya.

   Bisa jadi seseorang tidak mempunyai pengetahuan tentang kebahagiaan sehingga dia tidak mencarinya, atau mengetahuinya tetapi tidak memiliki keinginan untuk mendapatkannya. Sehingga dia tetap terpenjara dalam kehinaan dan hatinya tidak dapat mencapai kesempurnaan yang diciptakan untuknya. Sungguh dirinya ibarat binatang gembala yang lebih suka dengan kesenangan yang semu dan bermalas-malasan.

   Alangkah jauh dirinya dengan mereka yang menyingsingkan lengan baju mencari ilmu dengan penuh dan semangat, konsisten, dan teguh. Sehingga mereka pun diberkati dalam usahanya tersebut. Kerinduan mereka hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak sudi menerima teman kecuali para ibnu sabil yang sama-sama berjuang bersamanya.

   Jika kemuliaan kemauan tergantung pada kemuliaan sesuatu yang dicari, dan kemuliaan ilmu tergantung pada kemuliaan sesuatu yang diketahui dengan ilmu itu, maka puncak kebahagiaan seorang hamba adalah ketika keinginannya menuju pada sesuatu yang tidak binasa, tidak sirna, dan abadi; yaitu Tuhan Yang Maha Hidup. Tidak ada jalan baginya untuk mencapai tujuan yang sangat agung ini kecuali dengan ilmu yang diperoleh dari hamba, Rasul dan kekasih-Nya, yang menyeru dan menunjukkan serta menjadi perantara antara Dia dan manusia.

   Beliaulah yang dengan izin Allah SWT mengajak manusia menuju ke surga, tempat keselamatan. Allah SWT enggan membukakannya kepada siapa pun kecuali melalui dirinya atau tidak menerima satu amalan pun kecuali sesuai dengan tuntunan dan petunjuknya. Maka, semua jalan tertutup kecuali jalan Nabi Muhammad saw.

   Semua hati terpenjara dan tertahan kecuali hati mereka yang mengikuti beliau dan tunduk kepada Allah SWT.





    Maka, selayaknya bagi seseorang yang penuh keridhaan untuk berjuang dengan disertai hati yang selalu mengingat Allah SWT untuk menjadikan kedua hal ini -ilmu dan kemauan— sebagai garis edar perkataan dan perbuatannya. Juga hendaknya ia menjadikan keduanya sebagai sasaran dalam segala aktivitas kehidupannya. 


Wallahu a'lam,