Minggu, 21 Februari 2016

"MAAF"

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tak cukup hanya membuka perutnya untuk meminta maaf kepada sahabat yang ditekan perutnya, tapi beliau juga berdoa: "Ya Allah, siapapun yang pernah aku caci, jadikanlah sebagai ampunan."

Umar radhiyallahu 'anhu di atas mimbar meminta maaf telah memecat Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu.

Sebelum itu, saudara-saudara Yusuf  meminta maaf, "Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa)." Q.S Yusuf : 97

Meminta maaf adalah peradaban dunia.


Kaisar Jepang, Nixon, Clinton semuanya pernah meminta maaf kepada rakyatnya.

Juga di jalan-jalan tertulis: "Maaf mengganggu kenyamanan/perjalanan anda

Indah, permohonan maaf itu! Buruk, ketika anda cederai luka yang belum sembuh dan anda ulangi kesalahan yang sama.

Bertahun-tahun saya ketahui bahwa meminta maaf tidak menjatuhkan wibawa.

Permohonan maaf terindah adalah pada posisi kuat.

Anda meminta maaf pada anak anda, pasangan anda, murid anda, pekerja anda, rakyat anda. Anda memohon untuk dimaafkan.

Tapi ada kursi-kursi yang angkuh dan tidak mau meminta maaf

Hujan datang dan menghanyutkan nyawa yang tak berdaya

Sementara orang yang duduk di kursi tanggung jawab tidak mempunyai keberanian untuk mengakui.

Kita mengingat kembali musibah dan mimpi buruk pada tahun-tahun yang lain

Pelakunya menghilang sementara rakyat harus menanggung kesalahan tanpa syarat.

Maafkan, Ya Rabb atas perbuatan yang aku sembunyikan dari hamba-hamba Mu dan aku lupa pandangan Mu yang tak mungkin bisa ditutupi apapun di sisi Mu

Maafkan, Ayah usiaku kini belum sampai pada kesempurnaan yang kau inginkan dariku

Maafkan, Ibu penantianmu di balik pintu untuk kepulanganku dan seringkali aku datang terlambat pada kebahagiaanmu.

Maafkan, anakku kamu tumbuh besar tiba-tiba, sementara aku jauh darimu

Maafkan, istriku yang menunggu kalimat indah, tetapi tertidur sebelum mendapatkannya

Maafkan, orang yang hanya aku beri lambaian! Maaf karena jalannya tertutupi mobilku, kini aku sadar lambaian tak cukup

Maafkan, guruku yang mengajariku huruf pertama, kemudian aku telah besar dan belum mengucapkan : terima kasih.

Juga untuk yang lain, yang menemuiku dengan penuh semangan dan harapan, tapi aku sambut dengan raut wajah berlinang

Untuk teman yang tak bisa kubantu, untuk perkataan yang tak kusaring dan perbuatan tanpa fokus


Senin, 15 Juni 2015

Apa Yang Harus Kita Jawab Nanti

 Bismillah walhamdulillah,
    
      
       Suatu hari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berbaring di pangkuan Khadijah Radhiyallahu 'Anha dan tertidur setelah begitu lelah jumpa manusia dengan menghadapi caci maki dan fitnah manusia, ketika itulah dengan belaian kasih sayang membelai kepala Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Sallam tidak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Nabi. Dan Nabi terbangun berkata ''Wahai Khadijah mengapa engkau menangis,? Adakah engkau menyesal mempersuamikan aku (Muhammad)?" "Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan tetapi hari ini engkau telah dihina orang, "Semua orang telah menjauh darimu seluruh hata kekayaanmu telah habis adakah engkau menyesal wahai Khadijah mempersuamikan aku (Muhammad)??"
        
        Khadijah berkata '''Wahai suamiku , wahai Nabi Allah bukan itu yang aku tangiskan, dahulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku mempunyai kebangsawanan, kebangsawanan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku memiliki harta kekayaan dan telah kuserahkan juga pada Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah sekarang aku tidak mempunyai apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan Agama ini, “Wahai Rasulullah sekiranya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah sungai, lautan dan engkau tidak mempunyai rakit atau jembatan maka engkau galilah lubang kuburku engkau gali engkau ambil tulang belulangku untuk engkau jadikan sebagai jembatan untuk menyebrangi sungai itu untuk bertemu manusia. Ingatkan kepada mereka kebesaran Allah, ingatkan kepada mereka yang hak, ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah."
Allahu Akbar!!!
       
     Seorang suami yang agung seorang istri yang agung, suami istri berpelukan sambil menangis memikirkan Agama ini.
     
     Agama tersebar hingga hari ini, kita kenal Allah bukan dengan mudah, Agama sampai pada kehidupan Agama, Agama sampai ke kampung kita, Agama sampai masuk kedalam rumah-rumah kita, Agama sampai pada ke hati-hati kita. Bukan di bawa oleh burung, bukan dibawah oleh angin, bukan dibawah oleh air sungai yang mengalir tapi dibawah oleh pengorbanan Nabi dan para Sahabat, dibawah oleh para janda-janda para sahabat, dibawah oleh yatim-yatim para sahabat.
 
      Ulama sampaikan,  hari ini kita senang-senang amal Agama diatas penderitaan dan jeritan janda-janda dan yatim-yatim para sahabat. Hari ini kita senang amal-amal Agama diatas penderitaan Khadijah Radhiyallahu 'Anha !!! Kalaulah hari ini kita tidak menghargai pengorbanan mereka APA YANG HARUS KITA JAWAB DIHADAPAN ALLAH TA'ALA kalaulah kita berjumpa ALLAH, APA YANG KITA JAWAB DIHADAPAN RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, APA YANG KITA JAWAB KALO KITA BERJUMPA ABU BAKAR Radhiyallahu 'Anhu yang menghabiskan seluruh harta bendanya untuk Agama ini, APALAH YANG AKAN KITA JAWAB DIHADAPAN ibu-ibu yang mulia kalau ibu berjumpa dengan SAHABIYA-SAHABIYAH yang mengorbankan suami-nya syahid di jalan Allah, APA YANG KITA JAWAB sekiranya kita jumpa ANAK-ANAK YATIM PARA SAHABAT  Radhiyallahu 'Anhum ajma'in sedangkan mereka yang telah menggerakan ayahnya untuk syahid memperjuangkan Agama ini.

Allahu Akbar!!!
        
        Agama sangat berhajat pada pengorbanan, Agama tidak akan tersebar dengan tulisan-tulisan dan Agama tidak akan tersebar dengan bicara-bicara. Agama tidak akan pernah wujud dalam kehidupan kita tanpa mengorbankan diri kita, sudah menjadi syarat Agama akan terwujud melalui pengorbanan, hidayah akan datang dalam diri kita melalui pengorbanan, Agama akan tersebar, hidayah akan tersebar diujung  dunia melalui pengorbanan. 




Selasa, 19 Mei 2015

Apa Yang Telah Kita Korbankan???

Bismillah walhamdulillah,
      
         Kita harus menyadari bahwa kita belum siap untuk membuang kebiasaan merokok. Jelas-jelas sekarang, orang-orang berdebat apakah merokok itu Makruh atau Haram. Saudara/i ku jangan bodohi diri kalian sendiri. Apakah merokok itu berbahaya atau tidak? Jawabannya adalah , Ya Berbahaya. Disetiap bungkus rokok tertulis "Rokok Dapat Membunuh" dan menjual rokok tanpa menuliskan "Rokok Dapat Membunuh" adalah tindakan ilegal. Ketika peraturannya keluar bahwa tidak diizinkan menjual rokok kecuali menulis "Rokok Dapat Membunuh" atau "Rokok Berbahaya" disertai dengan gambar-gambar horornya yang terdapat di bungkusnya. Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Artinya : Mereka menanyakan kepadamu, ‘Apakah yang dihalalkan bagi mereka’ Katakanlah, ‘Dihalalkan bagimu yang baik-baik” [Al-Maidah : 4]

       Semua perusahaan tembakau langsung menandatanganinya dan setuju dan mereka berkata, "Kami akan menuliskan besar-besar". Kenapa? Karena mereka begitu percaya diri dengan produk mereka, bahwa tidak peduli berapa kali kami memberitahu orang-orang "Kau Akan Mati", mereka berkata, "Tidak masalah, aku akan tetap menghisapnya." Mereka begitu percaya diri dengan produk mereka. Mereka memberitahumu saudara/i ku "Kau Akan Sekarat". Kalian tidak menganggap mereka pembohong. Kalian berkata, "Tidak masalah, aku akan menganggapnya sebuah fakta."

          Tapi kita sebagai Muslim, kita melihat mereka menulis "Merokok Membunuh" tapi kita berkata "Tidak Masalah". Mereka begitu percaya diri sampai kita sudah dikuasai mereka. Itulah kenyataannya, mereka menguasai kita. Mereka tidak peduli, meskipun mereka menulis "Merokok 5 Batang Dapat Langsung Membunuhmu." Kalau begitu, "Aku Merokok 4 Setengah Batang."
Semoga Allah menjaga kita semua, aamin.

      Kita tidak dapat membuang sebatang rokok. Berapa banyak diantara kita yang siap membuangnya? Ingatlah saudara/i para Syuhada dan Mujahidin telah rela mati untuk kalian. Itulah mengapa Islam tetap hidup sampai sekarang. Hamzah bin Abdul Muttalib Radhiyallahu 'Anhu terbunuh demi kalian, tapi kalian tidak bisa membuang sebatang rokok saja. Allahu Akbar!!!

          Mus'ab ibn Umair Radhiyallahu 'Anhu terbunuh demi kalian, tapi kalian tidak bisa menutupi rambut kalian saudari-saudariku. Jika mereka tidak berperang. Bagaimana keadaan kita di masa sekarang? Mereka berkata berkata, "Ya Allah, kami siap mengorbankan nyawa kami." Itulah mengapa Islam sampai kepada kita, tapi kau berkata "Aku tidak dapat berhenti berzina." Mereka mengorbankan nyawa mereka, dan tidak ada seorang pun yang meminta kalian mengorbankan nyawa. 

        Allah Ta'ala hanya meminta satu hal "Buang kebiasaan buruk kalian dan mendekatlah Kepada-Ku." Mereka mengorbankan nyawa untuk kalian. Demi Allah, mereka gugur, mereka dibunuh dengan kejam untuk kalian. Dan kau berkata, "Aku tidak dapat berhenti melihat Pornografi", "Aku tidak dapat menutupi diriku untuk Allah" dan kemudian mengatakan "Tidak, Aku bahagia menjadi umat dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam." Ini adalah pertanyaan paling penting yang kau tanyakan pada diri sendiri. Tidak ada yang memintamu mati sekarang.

       Allah Ta'ala memintamu untuk menyembah-Nya, untuk menyembah diri-Nya saja, mempraktekkan Agama-Nya, menyampaikan kepada orang lain, berbaik hati kepada orang lain, jujur dan dapat dipercaya. Ketika kalian menyebut atau mengingat nama salah seorang dari para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, katakan pada diri sendiri "Mereka ini (Radhiyallahu 'Anhuma Jami'an) telah mati syahid karena diriku. Agama telah sampai kepadaku dimasa sekarang. Apa yang kulakukan? Aku bahkan tidak bisa berkorban untuk Allah Ta'ala dan masih malu/enggan menjalankan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. :( :( :(





Minggu, 03 Mei 2015

Kebaikan 2 Kekuatan; Ilmu dan Pengamalan

Bismillah, walhamdulillah


Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al-Ashr:
 
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya    mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata, 
"Jika seluruh manusia memikirkan surat Al-Ashr ini, maka surat tersebut sudah cukup untuk mereka."
Penjelasan surat diatas, bahwa sifat mulia itu ada 4, dan dengan memiliki keempat sifat tersebut seseorang mendapatkan puncak kesempurnaan. Keempat sifat tersebut adalah;

1. Mengetahui kebenaran.
2. Mengamalkannya.
3. Mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya.
4. Bersabar pada saat mempelajarinya, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain. 

     Allah Ta'ala menyebutkan keempat sifat tersebut di dalam surat Al-Ashr. Pada surat tersebut, Allah Ta'ala bersumpah dengan masa, bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal shalih yaitu orang yang mengetahui kebenaran dan membenarkannya. Ini tingkatan pertama.

     Tingkatan kedua, yaitu orang yang beramal shalih yaitu orang yang mengamalkan kebenaran yang mereka ketahui.

     Tingkatan ketiga, yaitu orang yang saling menasihati dalam kebenaran yaitu kelompok yang saling menasihati untuk mempelajari kebenaran tersebut.

    Tingkatan keempat, orang yang saling menasihati dengan kesabaran, yaitu orang yang bersabar terhadap kebenaran dan saling menasihati untuk bersabar dan tegar terhadap kebenaran.

Inilah puncak kesempurnaan. 

    Sesungguhnya kesempurnaan itu hendaklah seseorang mampu mencapai kesempurnaan untuk dirinya dan mampu menyempurnakan orang lain. Kesempurnaan dirinya adalah dengan memperbaiki kedua kekuatan; Kekuatan Ilmu dan Kekuatan Pengamalan.

     Kekuatan ilmu adalah dengan beriman dan kekuatan pengamalan adalah dengan mengerjakan amal shalih, menyempurnakan orang lain, mengajarkannya kepadanya, bersabar terhadapnya dan menasihatinya bersabar terhadap Ilmu dan Pengamalannya.





Rabu, 08 April 2015

Lihatlah kesempatan yang diberikan Allah pada kita.



Bismillah,
 
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S Fathir: 45).

Coba mari tanyakan pada diri masing-masing “Ya Rabb, aku telah melanggar-Mu selama bertahun-tahun tapi Kau belum menghukumku.”

Jawabannya adalah: “Wahai hamba-Ku, aku memberikanmu kesempatan untuk BERTAUBAT!”
“Aku memberikanmu kesempatan untuk bertaubat! Jadi bertaubatlah, kenapa kau tunda-tunda?”

“Bertaubatlah, kenapa kau malah menyia-nyiakan kesempatan ini? Kau telah menentangku selama bertahun-tahun. Dan setiap harinya kau melanggar-Ku mungkin sepuluh kali dan Aku tidak menghukummu, apakah kau tidak bangun juga? BANGUNLAH, Aku tidak ingin menghukummu. Aku ingin kau masuk surga, bertaubatlah pada-Ku.” 

Lihatlah kesempatan yang diberikan Allah pada kita. Apa kalian tidak pernah memikirkannya?
“Ya Allah, aku telah melanggar-Mu setiap harinya selama bertahun-tahun dan Kau tidak menghukumku. Kenapa? Karena Allah berfirman “Aku Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tanyakan diri kita sendiri, kenapa Allah belum menghukum kita atas segala dosa yang kita perbuat, yang melupakan-Nya dan tidak peduli pada-Nya? Kenapa? Karena Allah tidak ingin menghukum kita. 

Allah ingin kita bertaubat pada-Nya dan itulah mengapa Dia memberikan kesempatan kepada kita. 


Minggu, 05 April 2015

Ilmu adalah Pemimpin Amal Perbuatan

Bismillah walhamdulillah,

      Sesungguhnya ilmu adalah pemimpin amal perbuatan dan panglimanya, sedang amal perbuatan ialah pengikutnya dan anak buahnya. Setiap amal perbuatan yang tidak berpedoman kepada ilmu dan tidak mengikuti bimbingan ilmu, tidak berguna bagi pelakunya dan justru membahayakannya seperti dikatakan salah seorang dari generasi salaf, "Barangsiapa menyembah Allah tanpa ilmu, maka apa yang ia rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki."
     Diterima tidaknya amal perbuatan itu sangat tergantung kepada sesuai tidaknya amal perbuatan tersebut dengan ilmu. Jika amal perbuatan sesuai dengan ilmu, ia terima, dan jika bertentangan dengannya, maka tertolak.

Jadi ilmu adalah barometer dan standar utama. Allah Ta'ala berfirman,

"Yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al-Mulk: 2).

     Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Maksud ayat diatas ialah supaya Allah menguji kalian siapa di antara kalian yang paling ikhlas amal perbuatannya dan paling benar. "Orang-orang bertanya, "Wahai Abu Ali, amal perbuatan apa yang paling ikhlas dan paling benar?" Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Jika amal perbuatan itu ikhlas, namun tidak benar, maka tidak diterima. Jika amal perbuatan tersebut benar, namun tidak ikhlas, ia juga tidak diterima hingga ia ikhlas dan benar. Ikhlas, hendaknya karena Allah dan benar hendaknya sesuai dengan Sunnah."

Allah Ta'ala berfirman,

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110).

     Itulah amal perbuatan yang diterima Allah dan Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dengan persyaratan harus sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah.

      Orang tidak mungkin mengerjakan suatu amal perbuatan yang menghimpun kedua syarat tersebut kecuali dengan ilmu. Jika ia tidak mengetahui apa yang dibawa Rasul, tidak mungkin ia bisa berjalan menuju Allah. Jika ia tidak kenal Tuhannya tidak mungkin ia bisa memaksudkan amal perbuatannya karena Allah semata. Tanpa ilmu, amal perbuatannya tidak mungkin diterima Allah. Jadi ilmu adalah penunjuk jalan kepada ikhlas, dan penunjuk jalan kepada mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Allah Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (Al-Maidah: 27).

       Penafsiran paling tepat tentang ayat di atas, ialah sesungguhnya Allah hanya menerima orang yang bertakwa dengan amal perbuatannya. Ketakwaannya di dalam alam perbuatannya ialah hendaknya memaksudkan karena-Nya dan sesuai dengan perintah-Nya. Dan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali dengan ilmu.

       Jika itu posisi dan kedudukan ilmu, dari sini bisa diketahui bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling mulia, paling agung, dan paling utama, wallahu a'lam.

Download:
 

Rabu, 01 April 2015

Hikmah Jarangnya Emas dan Perak

Bismillah walhamdulillah,

       Sekarang perhatikan hikmah Allah SWT ketika menjadikan dua logam mulia ini (emas dan perak) jarang! Lihatlah betapa manusia terbaik di dunia tidak berdaya membuat dan meniru ciptaan Allah SWT itu meski mereka begitu ingin dan telah mengeluarkan segala daya upaya. Manusia hanya berhasil membuat imitasinya.

       Andai mereka dapat membuat seperti ciptaan Allah SWT itu, tentu dunia akan rusak. Pasalnya, emas dan perak berlimpah di tengah manusia sampai nilainya sama dengan pelepah kurma dan tembikar. Kalau sudah begitu, fungsi emas dan perak akan lenyap. Jumlah emas dan perak yang terlalu banyak adalah sebab hilangnya fungsi itu, karena keduanya tidak lagi punya nilai, tidak lagi menjadi ukuran nilai harta kekayaan, harga dalam mu'amalat, dan sebagai gaji tentara. 

       Kalau sudah demikian, tentu tak ada orang yang jadi buruh; sebab semua memiliki emas dan perak. Jadi, kalau Allah SWT menjadikan kaya semua makhluk-Nya, tentu Dia akan memiskinkan mereka semua.

        Maha Suci Allah yang telah menjadikan jarangnya emas dan perak itu sebagai sebab teraturnya alam. Tapi, Allah tidak membuatnya sejarangjy yaqut (jenis permata) merah yang tidak dapat dijangkau sehingga maslahatnya hilang total. Allah menaruh emas dan perak di alam sebanyak kadar yang sesuai dengan hikmah dan maslahat hamba-hamba-Nya.

       Saya pernah membaca tulisan tangan al-Fadhil Jibril bin Ruh al-Ambary, "Seseorang yang menggeluti pekerjaan pertambangan memberitahuku bahwa dia dan teman-temannya pergi jauh mencari tambang sampai ke pegunungan. Mereka tiba di suatu tempat, dan di sana terdapat gundukan perak seperti gunung-gunung. Akan tetapi, di hadapan mereka menghadang sebuah lembah cadas yang dialiri air yang deras. Mereka tidak tahu bagaimana cara menyeberanginya. Akhirnya, mereka mencari dan membuat alat untuk menyeberang. Ketika telah siap, mereka kembali dan mencari-cari jalan ke arah sungai tadi. Tapi, mereka tidak menemukan bekas sama sekali. Mereka pun tidak tahu harus mencari ke mana. Akhirnya, mereka kembali dengan putus asa."

        Ini salah satu bukti bahwa ilmu membuat emas adalah omong kosong. Berdasarkan penelitian, ilmu ini tidak lebih dari sekedar pemolesan warna terhadap logam. Kami telah menerangkan tidak benarnya ilmu ini dari empat puluh segi dalam sebuah buku tersendiri.

        Yang ingin kami jelaskan di sini adalah bahwa hikmah Allah SWT menjadikan kedua logam mulia ini lebih jarang dibanding besi, perunggu, timah, dan sebagainya adalah demi maslahat manusia. Bayangkan saja, kalau ada barang buatan manusia yang unik dan disenangi orang, tentu harganya tinggi selama jumlahnya sedikit. Apabila telah tersebar dalam jumlah banyak, dan kalangan khusus maupun awam dapat mendapatkannya, tentu harganya jatuh—mereka tak akan begitu menginginkannya lagi. Dari sini timbul pepatah Arab, "Nilai sesuatu tinggi kalau jumlahnya sedikit."





Senin, 23 Maret 2015

Ilmu adalah Jalan yang paling Dekat kepada Dzat Terbesar

Bismillah walhamdulillah,



       Sesungguhnya kenikmatan bersama kekasih itu menguat dan melemah sesuai dengan kuat tidaknya cinta. Jika cinta semakin menguat, kelezatan pun semakin membesar. Oleh karena itu, besarnya kelezatan orang kehausan dengan meminum air segar sangat ditentukan oleh besar tidaknya kebutuhannya kepada air. Begitu juga orang yang sedang kelaparan. Begitu juga orang yang mencintai sesuatu, kelezatannya sangat ditentukan oleh bobot cintanya kepadanya. Cinta itu adalah ekses pengetahuan terhadap kekasih dan pengetahuan tentang pesonanya yang terlihat dan yang tidak terlihat. Kelezatan melihat Allah pada hari pertemuan dengan-Nya juga ditentukan kuat tidaknya cinta pada-Nya dan keinginan kepada-Nya. Dan itu semua tergantung kepada pengetahuan terhadap-Nya, dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Jadi ilmu adalah jalan yang paling dekat kepada Dzat Yang Paling Agung.
 
Semoga bisa menjadi bahan renungan dan membawa manfaat, Amiin...


Selasa, 17 Maret 2015

Ibadah dengan Ilmu

Bismillah walhamdulillah,
Sa'id bin Al-Musayyib berkata, "Beribadah kepada Allah tidaklah dengan puasa dan shalat, namun dengan mendalami agama-Nya."
Dua hal yang dikehendaki ungkapan diatas;
Pertama, bahwa ibadah itu bukan dengan puasa dan sholat tanpa ilmu, namun dengan ilmu yang dengannya diketahui bagaimana berpuasa dan shalat dengan benar.
Kedua, bahwa ibadah itu tidak hanya puasa dan shalat saja, namun mendalami agama Allah merupakan ibadah yang paling agung.
"Allaahumma inniy as'aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thoyyiban wa 'amalan mutaqabbalaa"
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yg bermanfaat, rezki yang baik/halal dan amalan yang diterima". Allahumma amin...
Wallahu Ta'ala a'lam,

Jumat, 13 Maret 2015

Ikhlas Adalah Buah Tauhid Yang Murni

Bismillah walhamdulillah,


   Ikhlas dengan pengertian seperti ini merupakan salah satu dari buah-buah tauhid yang sempurna kepada Allah, yaitu menunggalkan ibadah dan isti'anah (memohon pertolongan) kepada Allah, seperti yang terungkap di dalam firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Fatihah dan Ummul-Qur'an,

"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5).

    Itu pula yang diucapkan orang Muslim dalam munajat shalatnya, yang setiap hari tidak kurang dari tujuh belas kali. Dengan ikhlas ini orang Mukmin benar-benar menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan hamba dunia dan dunia orang selainnya.

   Dengan ikhlas yang murni ini, dia bisa membebaskan diri dari segala bentuk perbudakan, melepaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah Ta'ala, seperti penyembahan kepada dollar, rupiah, wanita, gelas minuman keras, perhiasan, penampilan, kedudukan, tahta, birahi, tradisi dan segala bentuk penyembaha kepada dunia, yang tidak sedikit manusia dibuat tunduk olehnya.Dengan begitu dia menjadi seperti yang diperintahkan Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 162-163).



Wallahu Ta'ala a'lam,