Rabu, 18 Februari 2015

Aku Berada Di Dunia Cobaan Mengusir Bencana Dengan Bencana Lainnya

Bismillah Walhamdulillah,


        Ungkapan ini amat tepat. Jika Anda perhatikan makan, minum, pakaian, senggama, istirahat, dan hal-hal lain yang lezat, Anda dapati ia menolak sakit yang menjadi lawannya. Bukankah dengan makan Anda menolak rasa sakitnya lapar, dengan minum menolak sakitnya dahaga, dengan pakaian menolak sakitnya panas dan dingin? Demikian seterusnya. Karena itu ada yang berkata, "Lezatnya semua itu bagi kita tidak lebih dari menolak sakit." Adapun kelezatan-kelezatan hakiki punya tempat yang lain, bukan di sini.

Jadi adanya sengsara dan bahagia yang bercampur baur itu merupakan salah satu bukti adanya akhirat, dan bahwa hikmah yang menuntut adanya sengsara dan bahagia itu pulalah yang menuntut adanya dua daar (tempat); yaitu (1) daar yang murni berisi kebahagiaan dan kelezatan, tidak tercampuri oleh kesengsaraan, dan (2) daar yang murni untuk kesengsaraan, tidak tercampuri dengan kelezatan sama sekali. Daar yang pertama adalah surga, sedang yang kedua adalah neraka. Tidakkah Anda lihat bagaimana perkembangan hidupmu yang berisi dengan kenikmatan dan kesengsaraan itu mengandung bukti akan surga dan neraka? Anda melihat pada dirimu sendiri bukti-bukti keberadaannya sampai seakan-akan kamu menyaksikannya dengan mata kepala. Dan, lihatlah bagaimana semua eksistensi alam yang kamu lihat dan kamu rasa menjadi bukti hikmahnya Tuhan dan menjadi saksi kebenaran para rasul atas berita yang mereka bawa berkenaan tentang surga dan neraka.
"Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan slang. Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu Menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S Ibrahim: 32-34) 
         Orang yang pikirannya berkelana dalam merenungkan karunia-karunia Allah SWT dan memikirkan hikmah serta sifat-sifat-Nya akan lebih jauh jangkauannya, dan lebih banyak perolehannya daripada mereka yang diam di tempat, tidak beranjak dari daerah kesenangannya dan tabiatnya, yang cukup rela dengan kehidupan manusia-manusia biasa, dan tidak mau seperti mereka. Padahal, barang-barang berharga hanya dapat diraih oleh orang yang mau menempuh beratnya perjalanan yang jauh ke penjuru dunia, sehingga akhirnya dia senang mendapatkan hasil jerih payahnya. Orang-orang seperti ini menganggap ringan apa yang dipandang berat oleh para pemalas, dan cukup enjoy menghadapi apa yang dipandang susah oleh orang-orang bodoh.


Footnote:
[Sumber Referensi : Kitab Kunci Kebahagiaan Bab IV “Belajar Dari Diri Sendiri”, Karya Ibnu Qoyyim al Jauziyah rahimahullah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar