Bismillah walhamdulillah,
Tak ada seorangpun yang percaya bahwa dia
sudah bertobat. Tak ada yang peduli bahwa "dia yang sekarang" sudah
berbeda dengan "dia yang dulu". Apapun kebaikan yang dia lakukan
tetap saja dipandang hina. Apapun kebajikan yang dia usahakan tak ada yang akan
melihatnya sebagai sebuah kebajikan. Masa lalunya sebagai "lelaki bukan
baik-baik" sudah terlanjur menjadi pakaian yang sekarang sangat sulit
dilepaskan meski sebenarnya si pemilik tubuh sudah ingin melepaskan pakaian
itu. Dia takut jadi
orang yang kalah dalam menerima ujian Allah.
Dia seperti pinsil yang tegak dan lurus. Tapi karena berada di
dalam sebuah gelas yang berisi air, maka bayangannya akan selalu terlihat
bengkok. Sekeras apapun usaha yang dia lakukan tak ada yang bisa melihatnya
lurus. Kecuali jika pinsil itu dipindahkan ke sebuah media yang lain. Media
kering yang memperlihatkan keseluruhan tubuh pinsil itu. Mungkin di atas buku
tulis. Atau di atas meja. Atau bahkan di atas lantai. Lihat pinsil itu dan
lihatlah, apapun posisi yang diberlakukan semua akan setuju bahwa pinsil itu
lurus. Tegak, terbalik, tidur, loncat-loncat, diam atau bergerak. Pinsil itu
lurus, tidak bengkok.
Alhamdulillah, akhirnya dia pindah ke lingkungan yang jauh berbeda
dengan lingkungannya yang lama. Tidak ada yang tahu bagaimana masa lalunya
dahulu dan kalaupun tahu tidak ada yang peduli karena yang mereka lihat adalah
masa kini. Dia sendiri bisa menikmati kemesraan mencintai Allah dengan lebih
bahagia.
Hidayah Allah sungguh bisa datang pada siapa saja, kapan saja dan
dimana saja. Tapi rasanya, jika hidayah itu sudah datang, maka usaha untuk
mempertahankannya adalah usaha yang tidak kenal batas lelah dan hanya berakhir
ketika kematian tiba. Jadi, jika hidayah Allah datang dan diberikan, genggamlah
dia selalu meski rasanya seperti menggenggam bara, jangan pernah dilepaskan.
Perjalanan masih sangat panjang dan akhiratlah tujuan akhir yang ingin kita
tuju bersama.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar